Usai menjalankan kewajiban sholat subuh pikir pikir, masih ogah2an mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah). Naluri kritis (eh naluri usil) untuk menulis yang kali ini berjudul BEJO
BEJO
Untuk lebih mengindonesia pengganti kata bejo lebih tepat dengan kata beruntung. Ya beruntung dengan banyak hal terutama dengan semakin maraknya berita berita : KORUPSI, KOLUSI dan NEPOTISME (walau dua kata yang terakhir tidak sacara eksplisit disebutkan) mestinya dan seharusnya dapat dirasakan dan menjadi perhatian yang seksama bagi teman teman aktif yang berusaha menjauhkan diri dari budaya ; KORUPTIF, KOLUTIF DAN NEPOTIS.
NGUGO ROSO :
Ngudo roso kata yang lebih keren sedikit mungkin lebih tepat dengan kata Otokritik atau mawas diri:
- Ketika kita melakukan kewajiban terhadap Tuhannya (ibadah sholat, sembahyang ), apa benar yang kita lakukan itu bermakna bagi Tuhan dan bukan sekedar memenuhi kewajiban ritual agama dengan sejumlah bacaan yang kadang kita tidak tahu artinya, apalagi memaknainya
- Ketika kita akan melakukan aktifitas bekerja tak lupa menyebut nama Tuhannya dengan sejumlah ritual doa-doa terpilih yang kadang tanpa kita sadari, bermakna bagi Tuhan.
- Ketika kita mendapat musibah atau mendapat berkah seraya dengan mengucap terimakasih Tuhan, apakah juga bermakna bagi Tuhan.
Penulis juga kawatir, seperti guyonan anak saya yang ketika pamit mau ujian UAS mengatakan : Pak doakan adik, ketika ujian nanti dapat contekan dari banyak teman, dan ketika ngudoroso sendirian : " berdoa koq untuk ketidak baikan ". ( Terima kasih ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar