Kamis, 23 Mei 2013

AREMA MENANG TELAK

1. Pendahuluan.

Aman terkendali, itulah kesan   siang tadi ketika menyaksikan  hasil perhitungan suara Pilkada di RT, ya memilih calon Walikota Malang periode 2013-2018. Sebagai pemilih baru, maksudnya memang baru memilih pertama kali di kota Malang, sebab  satu bulan yang lalu sekeluarga memperoleh Kartu Tanda Penduduk (KTP) kota Malang. 

Berdasarkan daftar pemilih yang ada, disediakan hampir 400 lembar kertas suara, sementara 100an kertas suara tidak digunakan oleh pemilik suara. Kertas suara yang sah 260an, sedangkan kertas suara yang tidak sah 25an yang tidak sah.

Hasil sementara perhitungan suara secara manual di KPPS setempat diperoleh hasil secara berurutan berdasarkan hitung manual sebagai berikut : Calon Nomor 1 dengan persentase 5 %an Calon Nomor 2 dengan prosentase 27 %an Calon Nomer urut 3 dengan prosentase  12 %an; Calon Nomor urut 4 dengan persentase 1 %an Canon Nomor 5 dengan persentase 2 %an dan Calon Nomer urut 6 dengan persentase 55 %an dan seandainya informasi data  ini sebagai bahan sample quick count maka, dipastikan Calon nomer urut enam sebagai pemenangya.

2. Analisis Suka suka Aku


Pengenalan calon lewat  partai diberbagai media termasuk kampanye mengumpulkan sejumlah warga dengan menyampaikan visi misi calon, sepertinya sudah tidak efektif lagi walaupun itu perlu, namun sebagian warga lebih melihat figur calon dengan  rekam jejak  yang diketahui lewat gethok tular. 

Tingkat partisipasi warga yang ditunjukan dengan sejumlah surat suara yang tidak digunakan pemiliknya  hampir 1/3 % yang oleh berbagai pihak dianggapnya tingkat partisipasinya rendah, sepertinya tidak tepat benar, setidak tidaknya dilingkungan kampung yang tingkat ekonomi dan jenis pekerjaannya  tergolong kelas menengah kebawah. Hal ini tercermin dari obrolan demam pilkada setelah sholat magrib  dengan kata kata mengerucut  yang paling dominan :"Siapa yang mau menjamin dapur masih mengepul kalau saya harus menunda pekerjaan hari itu", ya kalau PNS atau pegawai swasta lainnya bosnya mengijinkan, wong saya gak punya boss, atau boosnya banyak soalnya tukang parkir atau kata kata lain yang sejenis.

Sinyalemen kampanye hitam sepertinya masih saja ada, tentu ada modus yang lebih baik, antara lain;  dari calon tertentu menyediakan fasilitas gratiss tis, wisata keluarga dengan anak istri  ke Jatim Park, Tempat tempat wisata di wilayah Jawa Timur,  wisata religi Wali Lima dan sampai ke Pulau Maadura. Semua itu dilakukan jauh sebelum hari pencoblosan.  Apa ini termasuk kampanye hitam???.  Mungkin ini sebuah kreatifitas agar terhindar dari larangan kampanye hitam. Demikian halnya dengan sinyalemen yang disebutnya sebagai serangan fajar, dengan uang sebesar Rp 50.000.000,  dengan harapan akan mencoblos calon tertentu sepertinya modus ini sudah gak berlaku lagi katanya genaro ngalam gak ngefek ya hasilnya seperti tersebut di atas. Lho koq begitu???

3. Kesimpulan.

Dari sejumlah suara yang tidak sah tersebut di atas, bukan karena cacat kertas suara misalnya robek, tinta tebal, atau coblosan tidak tepat, tapi..... dua, tiga, empat atau ke enam enamnya dicoblos semua, akhirnya oleh KPPS dinyatakan tidak sah.
Analisis suka suka saya : Sepertinya pemilih takut dosa memegang amanah, amanah apa???... ya itu tadi,... pernah diajak rekreasi gratis, wisata religi gratis, dikasih uang Go Cap lagi. Salah kalau  tidak dicoblos semua, soalnya mereka telah menyenangkan saya, walaupun hanya pada kesempatan itu saja.
Akhirnya   AREMA MENANG TELAK


SALAM SATU JIWA
soeroto1@yahoo.com


1 komentar: